Cara Menyusun Portofolio UI UX yang Menarik untuk UX Designer Pemula

Monday, April 14, 2025

portofolio ui ux

Halo Sobat Digital! Di era digital yang serba cepat, kebutuhan akan pengalaman pengguna (UX) yang intuitif dan menarik semakin tinggi. Tak heran jika profesi UX designer semakin diminati. Namun, dengan tingginya minat ini, persaingan di industri menjadi semakin ketat. Oleh sebab itu memiliki portofolio bagi UI/UX Designer adalah sebuah keharusan.

Bagi pemula yang belum memiliki banyak proyek, menyusun portofolio bisa akan terasa menantang. Artikel ini akan membahas cara menyusun portofolio UI/UX yang profesional, bahkan jika Kamu baru memulai. Dengan strategi yang tepat, Kamu bisa menunjukkan potensi terbaik Kamu dan menarik perhatian recruiter maupun klien potensial. 

Baca Juga: Belajar UI UX Pemula Berikut Tipsnya

Kenapa Portofolio UI UX Penting untuk Pemula?

Portofolio adalah bukti nyata keterampilan dan pemahaman Kamu dalam menciptakan pengalaman pengguna yang efektif. Berbeda dengan CV yang hanya mencantumkan daftar keterampilan, portofolio menunjukkan bagaimana Kamu menerapkan prinsip UI/UX dalam proyek nyata, baik itu melalui studi kasus, wireframe, atau prototype.

Bagi pemula, memiliki portofolio yang solid dapat membuka banyak peluang, mulai dari freelance, magang, hingga pekerjaan penuh waktu. Banyak perusahaan dan klien mencari desainer berbakat berdasarkan karya mereka, bukan hanya latar belakang pendidikan. Dengan portofolio yang menarik, Kamu bisa lebih mudah menarik perhatian mereka.

Selain itu, portofolio juga bisa menjadi alat untuk membangun personal branding. Dengan memanfaatkan platform digital seperti Instagram, Dribbble, atau WordPress, Kamu bisa membagikan karya, berbagi wawasan, dan membangun audiens yang tertarik dengan desain. 

Hal yang Harus Ada dalam Portofolio UI/UX

Berikut adalah poin-poin penting yang harus ada dalam portofolio kamu:

  • Profil singkat sebagai UX designer: perkenalkan diri Kamu secara ringkas. Siapa Kamu, latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, serta pendekatan Kamu dalam desain UX.
  • Project terbaik: tampilkan karya terbaik Kamu, baik dari tugas kuliah, kompetisi, maupun proyek freelance. Pastikan untuk memilih proyek yang paling mencerminkan kemampuan dan gaya desain Kamu.
  • Case study detail: jangan hanya menampilkan hasil akhir! Jelaskan proses desain secara mendalam, mulai dari riset pengguna, pembuatan wireframe, prototyping, hingga pengujian. Gunakan metode design thinking untuk menunjukkan pemahaman mendalam Kamu tentang UX.
  • Proses & mindset design: tunjukkan bagaimana Kamu berpikir sebagai seorang UX designer. Jelaskan tahapan UX process yang Kamu gunakan, seperti empathize, define, ideate, prototype, dan test, untuk menyoroti pendekatan problem-solving Kamu.
  • Tools yang digunakan: sebutkan alat yang Kamu kuasai, seperti Figma, Adobe XD, Sketch, Miro, atau lainnya. Ini membantu recruiter memahami sejauh mana keterampilan teknis Kamu.
  • Link atau preview interaktif: jika memungkinkan, sertakan tautan ke prototype interaktif agar orang bisa mencoba langsung desain yang Kamu buat. Ini akan memberikan pengalaman lebih nyata dibanding hanya melihat gambar statis.
  • Kontak & link media sosial: jangan lupa menyertakan email, LinkedIn, atau akun Instagram/Dribbble/Behance agar recruiter atau klien bisa menghubungi Kamu dengan mudah. Personal branding juga bisa semakin kuat dengan kehadiran digital yang konsisten.

Cara Menyusun Portofolio UI/UX untuk Pemula

Menyusun portofolio UI/UX bisa diawali dengan langkah praktis, seperti:

  1. Pilih 2–3 project terbaik: Kamu tidak perlu menampilkan semua karya yang pernah dibuat. Pilih beberapa proyek terbaik yang paling mewakili keterampilan dan gaya desain Kamu. Proyek ini bisa berasal dari tugas kuliah, hackathon, atau kompetisi desain digital.
  2. Susun case study yang komprehensif: jangan hanya menampilkan hasil akhir desain, tunjukkan proses berpikir Kamu dengan menjelaskan tahapan riset, pembuatan wireframe, prototyping, dan pengujian. Gunakan pendekatan design thinking untuk menggambarkan bagaimana Kamu menyelesaikan masalah pengguna.
  3. Gunakan storytelling: tuliskan case study dengan alur yang menarik seperti, apa tantangan atau kebutuhan pengguna yang ingin diselesaikan?, bagaimana Kamu merancang solusi UX berdasarkan riset?, apa hasil dari desain Kamu? Jika memungkinkan, sertakan data atau feedback pengguna.
  4. Gunakan visual yang rapi & konsisten: pastikan tampilan portofolio bersih dan mudah dibaca. Gunakan tata letak yang konsisten, warna yang harmonis, serta kombinasi teks dan gambar yang seimbang. Hindari tampilan yang terlalu padat atau berantakan.
  5. Sesuaikan dengan target pekerjaan atau klien: jika Kamu ingin melamar pekerjaan di industri tertentu (misalnya fintech atau e-commerce), usahakan untuk memasukkan proyek yang relevan dengan bidang tersebut. Ini menunjukkan bahwa Kamu memahami kebutuhan industri yang dituju.
  6. Simpan di platform digital gratis: Kamu bisa mengunggah portofolio di platform seperti Behance, Notion, WordPress, atau bahkan Google Drive jika ingin sesuatu yang lebih sederhana. Pastikan aksesnya mudah untuk recruiter atau klien.
  7. Bagikan di media sosial: manfaatkan platform seperti LinkedIn, Instagram, atau Twitter untuk mempromosikan portofolio Kamu. Format seperti Instagram carousel atau LinkedIn post bisa membantu menarik perhatian lebih banyak orang dan memperluas jaringan profesional Kamu.

Contoh Proyek untuk Pemula yang Bisa Dimasukkan

  1. Redesign aplikasi e-wallet atau toko online: buat proyek simulasi dengan merancang ulang aplikasi populer seperti GoPay, OVO, Shopee, atau Tokopedia. Fokus pada peningkatan UX, seperti alur transaksi yang lebih mudah atau UI yang lebih intuitif.
  2. Karya dari hasil tugas kuliah: jika Kamu pernah mengerjakan proyek UI/UX di perkuliahan, manfaatkan sebagai bagian dari portofolio. Pastikan untuk menyajikannya dalam bentuk case study yang menunjukkan proses desain secara menyeluruh.
  3. Project kompetisi UI/UX design: jika Kamu pernah mengikuti hackathon atau lomba UI/UX di kampus atau platform digital, masukkan proyek tersebut. Tunjukkan bagaimana Kamu bekerja dalam tim, melakukan riset cepat, dan menghasilkan solusi dalam waktu terbatas.
  4. Freelance gratis/berbayar dari klien pertama: meskipun masih pemula, Kamu bisa mencari proyek freelance dari teman, komunitas, atau platform seperti Upwork dan Fiverr. Jika perlu, tawarkan jasa desain gratis untuk membangun pengalaman dan mendapatkan testimoni pertama.
  5. Personal project: Redesign App Favorit atau buat produk digital sendiri: jika belum memiliki klien atau proyek resmi, buat sendiri! Misalnya, redesign aplikasi yang sering Kamu gunakan atau rancang produk digital baru seperti aplikasi kesehatan, e-learning, atau manajemen tugas. Ini menunjukkan inisiatif dan kreativitas Kamu sebagai UX designer.

Platform Gratis untuk Menyimpan Portofolio UI UX

Berikut adalah platform gratis yang bisa Kamu coba untuk menyimpan portofolio UI/UX:

  1. Behance: platform yang berfokus pada tampilan visual, cocok untuk menampilkan UI design dengan layout yang menarik. Banyak recruiter mencari desainer di sini, sehingga bisa meningkatkan visibilitas Kamu.
  2. Notion: pilihan fleksibel untuk menampilkan portofolio dengan struktur yang rapi. Kamu bisa menambahkan case study lengkap dengan teks, gambar, dan tautan interaktif tanpa perlu coding.
  3. WordPress : cocok jika ingin tampilan lebih profesional dengan custom domain dan SEO-friendly. Kamu bisa membuat website pribadi untuk menampilkan proyek dan blog UX.
  4. Instagram: gunakan format carousel untuk menampilkan proyek UI/UX dalam bentuk storytelling visual. Cocok untuk membangun personal branding dan menarik audiens luas.
  5. Dribbble : platform khusus untuk visual shot yang lebih singkat dan estetis. Ideal untuk menampilkan UI design dalam bentuk komponen atau tampilan layar yang menarik.

Bonus Tips: CV + Portofolio = Kombinasi Sukses

  1. Sertakan link portofolio di CV: pastikan CV Kamu mencantumkan tautan ke portofolio online (Behance, Notion, WordPress, atau lainnya). Ini memudahkan recruiter untuk langsung melihat karya Kamu.
  2. Buat CV yang ringkas & menarik: CV UX Designer sebaiknya singkat (1 halaman) dan berfokus pada keterampilan utama, seperti:
    • Hard skills: UI Design, UX Research, Prototyping (Figma, Adobe XD, dsb.)
    • Soft skills: Problem-solving, komunikasi, kolaborasi tim
    • Pengalaman & Pendidikan: Sertakan proyek, kursus UX, atau sertifikasi relevan (Google UX Design, dsb.)
  3. Gunakan template modern: desain CV yang rapi dan profesional meningkatkan kesan pertama. Kamu bisa menggunakan template gratis dari:
    • Canva
    • Novoresume
    • Figma Community

Pelajari Basci Front-End Web Developement di IT-Box

Portofolio yang kuat bukan tentang seberapa banyak proyek yang Kamu miliki, tetapi tentang kualitas dan bagaimana Kamu berpikir sebagai seorang UX designer. Dengan menampilkan proses desain yang jelas mulai dari riset, ideasi, hingga solusi akhir. Kamu bisa membuktikan bahwa Kamu memiliki kemampuan yang dibutuhkan di industri ini.

Jangan menunggu sampai punya pengalaman kerja! Mulailah dari proyek kecil, tugas kuliah, atau bahkan redesign aplikasi favorit Kamu. Yang penting adalah bagaimana Kamu menunjukkan pemahaman UX dan kreativitas dalam menyelesaikan masalah pengguna.

Ingin meningkatkan skill teknis Kamu? Pelajari dasar pengembangan web dan buat portofolio lebih menarik dengan Kelas Online Basic Front-End Web Development atau Fundamental Fullstack Web Development Complete Series di IT-Box! Saatnya bangun portofolio dan mulai langkah pertama menuju karier UX impian Kamu!

Share Artikel

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
WhatsApp
Recent Post

Cara Menyusun Portofolio UI UX yang Menarik untuk UX Designer Pemula

Contoh Portofolio Programmer: Cara Menyusun Lamaran Kerja

PROMO ITBOX

Meet the Author
Seo Team

Level

Course Level

Category

Skill